Penemu Sungai Dalam Laut Masuk Islam

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 15.44 | | 0 komentar »





“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV `Discovery Chanel’ pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut
putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Captain Jacques Yves Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu membuat bingung Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan…” Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” Artinya “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.

Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

Subhanallah… Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”

Wallahu a’lam.

Catatan bagi komentator :
- Artikel ini adalah artikel lama.
- Fenomena seperti ini pertama kali ditemukan oleh Mr.Costeau
- Foto-foto di atas diambil oleh seorang penyelam bernama Anatoly Beloshchin baru-baru ini.
- Fenomena bertemunya dua laut tanpa bercampur airnya memang benar adanya seperti tercantum dalam Al-Qur`an. Itulah inti dari artikel ini, terlepas dari convert tidaknya Costeau. Karena walau pun Costeau tidak masuk Islam, di luar sana banyak orang yang masuk Islam. Islam agama yang perkembangannya cukup pesat.
- Memang benar saat ini negara barat lebih maju dari Islam. Karena kejayaan itu memang bergulir. Tetapi ingat, kejayaan barat dalam sains dan lain-lain itu tak lepas dari peristiwa perampasan terhadap ilmu yang ditemukan kaum Muslimin. Ketika orang Kristen menerapkan ilmu tersebut, secara tidak sadar, mereka juga telah mengakui kebenaran ilmu kaum Muslimin di masa lalu yang digali dari Al-Qur`an. Kaum musyrikin Quraisy juga mengakui bahwa Nabi Muhammad itu jujur, hanya saja mereka tidak beriman. Orang Kristen mengakui bahwa ilmuwan Muslim terdahulu itu benar ilmunya yang mereka gali dari Al-Qur`an, tetapi mereka tidak beriman. Itulah kesamaan mereka.
Selengkapnya...

ADAB PELAJAR MUSLIM

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 06.25 | | 0 komentar »

Segala puji bagi Alloh Ta’ala yang memberikan ilmu dengan perantaraan pena. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak pernah ia ketahui. Aku memuji-Nya Maha Suci Dia dengan pujian ahli syukur. Dan aku menyanjung-Nya dengan segala sifat yang Dia miliki. Sholawat dan salam semoga dicurahkan kepada guru kebajikan bagi ummat manusia yang Alloh Ta’ala utus sebagai rohmat bagi seluruh alam. Beliau membimbing manusia menuju kebenaran dan jalan yang lurus.

Amma Ba’du, mencari ilmu sungguh merupakan salah satu upaya taqorrub (pendekatan diri) yang paling utama bagi hamba kepada Alloh Ta’ala, dan salah satu bentuk ketaatan unggulan yang meninggikan derajat dan meningkatkan kehormatan seorang Muslim di sisi Alloh Ta’ala. Alloh Ta’ala telah Memerintahkan hamba-hamba-Nya agar mempunyai ilmu dan belajar, berfikir dan merenung. Di sisi lain, Dia mewanti-wantikan mereka agar menjauhi kebodohan dan mengikuti hawa-nafsu. Dia juga menerangkan bahwa ilmu yang bermanfaat bagi pengembannya pada hari Kiamat adalah ilmu yang murni diperuntukkan bagi Alloh Ta’ala, untuk mencari ridho-Nya, dengan berpegang adab Islam dalam mencarinya,dan berperangai dengan akhlaq pemimpin manusia, Rosululloh Shollallahu‘Alaihi wa Sallam, yang tidak lain dari Al-Qur’an.

Oleh karena itu perhatian Rosululloh Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap pendidikan adab (tatakrama) bagi shohabatnya tidak kurang dari perhatiannya terhadap pengajaran mereka. Dan perhatiannya terhadap pendidikan dan pensucian jiwa tidak kurang dari perhatiannya terhadap penjelasan hukum-hukum Islam bagi mereka.

Maka ilmu tanpa adab tidak akan bermanfaat. Ilmu yang tidak disertai jiwa yang disucikan akan menghujat pengembannya pada hari Kiamat, di hari tiada berguna lagi harta dan anak-anak, kecuali bagi orang yang datang menghadap Alloh Ta’ala dengan hati yang sehat.
Dari sini, tampak jelas perhatian besar ulama salaf terhadap pendidikan para pencari ilmu, pensucian jiwa mereka, dan terapi penyakit hati mereka. Mereka semua mengajarkan adab sebelum ilmu, dan memantau kondisi para pelajar ibarat seorang dokter yang tengah mengobati pasien. Ia berusaha mencarikan obat yang mujarab sampai pasiennya sembuh dari sakitnya dan bebas dari penderitaannya.

Tidak mengherankan bila kita menemukan puluhan kitab karya ulama besar dalam hadits, tentang akhlaq dan adab-adab pencari ilmu. Sehingga dari tangan mereka lahir generasi yang diberkahi, mengemban ilmu yang disertai amal dan adab. Mereka menegakkan ilmu dengan sebaik-baiknya. Mereka membangun peradaban Islam yang menjadi kebanggaan ummat. Dan jadilah kharisma dan posisi ulama mengungguli para penguasa. Dan wibawa ilmu dan ulama menjadi ciri yang menonjol di tengah masyarakat Islam.

Kondisi semacam itu berlangsung berabad-abad. Kemudian terjadilah keterpurukan dan kharisma ulama di masyarakat luntur ketika rasa takut kepada Alloh Ta’ala dihati ulama melemah. Mereka berganti haluan dengan mendekati orang-orang yang gandrung dunia dan berebut serpihannya, serta mengejar kedudukannya.

Sekarang ini saat kita melihat tanda-tanda yang jelas untuk kembali kepada agama Alloh Ta’ala masih kita rasakan adanya banyak kalangan pelajar Islam yang meninggalkan adab belajar as-salafush-sholih. Dan kita masih melihat kompetisi meraih ijazah dan gelar akademik demi mencari status sosial dimasyarakat dan untuk memperoleh pekerjaan yang bisa mengalirkan uang. Demikianlah ilmu menjadi sarana bukan tujuan. Para pelajar merasa sudah cukup dengan apa yang mereka pelajari di kampus-kampus, memperoleh ijazah. Dan mayoritas mereka berhenti pembelajarannya setelah lulus (nastaghfirullooh wana’uudzubillaahi min dzaalik).

Lebih parah lagi, mereka mengira bahwa gelar akademis yang mereka capai menjadikan mereka sebagai ulama, dan mengantarkannya ke barisan para fuqoha yang mampu menyelesaikan berbagai masalah. Padahal ilmu dan spesialisasi yang mereka capai tidak melebihi satu bagian kecil dari cabang-cabang disiplin ilmu yang ada.

Karenanya, adalah satu keharusan atas sesama pelajar untuk saling memberi nasehat dan saling mengingatkan agar memiliki rasa takut kepada Alloh Ta’ala. Karena tak ada satu pun dosa yang tersembunyi bagi Alloh Ta’ala. Mereka juga harus selalu berpegang pada adab yang luhur yang tidak boleh ditinggalkan oleh ulama dan pelajar.

Tidak diragukan lagi, bahwa musuh-musuh Islam membuat strategi untuk menjauhkan pemuda Muslim dari ilmu yang bermanfaat, khususnya ilmu syari’at yang menjadi kunci kehidupan, kebangkitan, dan kemajuan ummat. Mereka dengan penuh ambisi menyita waktu pemuda Muslim dengan berbagai kegiatan yang menggiurkan. Memang tidak ada yang membuat sesuatu lebih membuat mereka marah daripada mereka melihat semangat putra-putra kaum Muslimin dalam mencari ilmu dan berpegang teguh dengan adab pelajar Islam.

Saudara pelajar, buatlah mereka kewalahan dan menyerah, dengan cara kembali kepada agama yang benar dalam bentuk ilmu, amal, dan akhlaq.
Penyair berkata:

إِذَا شِئْتَأَنْ تُلْقَى عَدُوَّكَ رَاغِمًا وَ تَقْتُلَهُ غَمًّا وَتَحْرُقَةُ هَمًّا
فَرُمْلِلْعُلَا وَزْدَدْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّهُ مَنِ زْدَادَ عِلْمًا زَادَ حَاسِدُهُ غَمًّا

Jika engkau ingin mendapati musuhmu dalam keadaan tunduk
Terbunuh dalam keadaan menderita
Dan terbakar dalam keadaan duka
Maka raihlah kemuliaan dan tambahlah ilmu
Karena orang yang bertambah ilmunya akan membuat pendengkinya semakin menderita.



Di akhir muqoddimah ini, akan saya kemukakan kepada pembaca beberapa adab asasi yang saya bahas dalam buku ini, yaitu sebagai berikut:
1. Ikhlas.
2. Beramal dengan ilmu dan menjauhi ma’shiat.
3. Rendah hati.
4. Menghormati ulama dan majlis ilmu.
5. Sabar dalam menuntut ilmu.
6. Berlomba dalam mencari ilmu.
7. Jujur dan amanah.
8. Menyebarkan ilmu dan mengajarkannya.
9. Zuhud terhadap dunia.
10. Menjaga waktu dan memanfaatkannya.
11. Menelaah ulang ilmu agar tidak lupa.
12. Sopan dan rasa malu.
13. Persahabatan yang baik.

Adab-adab ini adalah senjata yang harus selalu disandang dan dijaga oleh setiap pencari ilmu syari’at, supaya ilmunya membuahkan tazkiyatun-nafs (pensucian jiwa), sikap istiqomah dalam tindakan, dan respon positif dari masyarakat. Maka pelajar Islam yang paling berkepentingan dengan akhlaq dan adab ini adalah Ahlul Qur’an. Mereka adalah keluarga Alloh Ta’ala dan orang-orang pilihan-Nya. Mereka orang-orang mulia bagi umat ini selama mereka berakhlaq dengan akhlaq Al-Qur’an dan berpegang teguh dengan petunjuknya.

Hanya kepada Alloh Ta'ala kita memohon agar kita termasuk orang-orang yang mendengarkan ucapan yang benar dan mengikutinya dengan sebaik-baiknya. Dan semoga Alloh Ta'ala memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan amal sholih. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah dan Maha Mulia. (Bersambung, insya Alloh).
Selengkapnya...

Etika bergaul seorang muslimah

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 04.48 | | 0 komentar »

Bukan dari tulang ubun ia diciptakan sehingga lupa akan pujian, bukan juga dari tulang kaki karena khawatir akan diinjak dan direndahkan. Melainkan ia diciptakan dari tulang rusuk, dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.

Akhwat beda dengan ikhwan. Dalam menjalankan aktivitas pun sangat berbeda. Tapi hukum syara’ memandang sejajar antara ikhwan dan akhwat. "Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan," (QS Al Isra ; 70)

Karena saya akhwat, pastinya saya akan membahas aktivitas akhwat batasannya seperti apa saja. Kadang, jika saya melihat dan menilai, secara tidak sengaja telah terjadi pelanggaran hukum syara'. Biasanya, di kalangan akhwat terjadi pelanggaran hukum syara’ dalam konteks ijtima’l atau pergaualan dengan lawan jenis. karena mereka belum memahami aktivitas mana saja yang termasuk hayatul khas dan hayatul ‘aam. Di kalangan ikhwan pun terkadang ada pelanggaran hukum syara’ karena sikap yang kurang tegas dan kurang mengetahui batasan aktivitas akhwat itu seperti apa saja, dalam konteks hubungan demi maslahat masing-masing yang sesuai dengan hukum syara’ dan selanjutnya karena godaan Syetan..

Apa yang akan saya paparkan adalah aktivitas akhwat dalam konteks hubungan interpersonal dengan ikhwan / ijtima’I:

1.Hayatul ‘Aam

Hayatul ‘aam atau kehidupan umum bagi akhwat adalah seputar kehidupan yang menyangkut perkara pendidikan, mu’amalah, kesehatan. Hayatul ‘aam, bagi akhwat, maknanya bahwa ia boleh bercerita tentang ketiga perkara tadi, selebihnya tidak boleh karena sudah menyangkut hayatul khas..

Bagi ikhwan manapun hanya cukup untuk mengetahui ”hayatul ’aam” kehidupan umum-nya saja, seperti contoh diatas ; pendidikan, tempat tinggal, hobi, aktivitas di lembaga dll. Sedangkan hayatul khas, sudah sangat privasi sekali yang menyangkut kehidupan pribadi (keadaan keluarga, keadaan dirinya) di luar itu konteksnya sudah hayatul khas.

Bagi akhwat tidak boleh menceritakan hal-hal pribadi pada ajnaby (orang asing). Akhwat boleh menceritakan hal-hal terkait pribadinya jika ia telah dikhitbah untuk lanjut ke jenjang pernikahan.

Dan ketika berinteraksi dengan lawan jenis akhwat diharapkan bertindak dan berbicara seperlunya saja, tegas dan jelas. Dalam aktivitas yang berkaitan dengan lawan jenis, seorang akhwat seringkali mudah melakukan pelanggaran. Mungkin karena secara psikologis akhwat memiliki karater ingin diperhatikan atau malah kadang cari perhatian agar bisa berinteraksi dengan lawan jenis, apalagi kalau sudah menyangkut "masalah hati."

Tapi berinteraksi dengan ikhwan dalam konteks mendiskusikan ilmu, menurut saya ini dibolehkan, tapi, ada beberapa hal kita sendiri bisa menjaminnya sesuai dengan perkataan Rasulullah Saw, "Jika kalian tidak memiliki rasa malu maka bertindaklah sesuka kalian."

Yang dimaksud hal-hal yang kita harus bisa menjaminnya adalah kemungkinan timbulnya fitnah. Mungkin kita bisa berdalih dengan mengatakan "Saya dengan dia cuma teman, hanya sebatas sharing ilmu." Tapi saya berpendapat sebaiknya dicari "aman" nya saja, karena fitnah itu diibaratkan mencemarkan dan menjatuhkan kehormatan seorang akhwat dan manjaga ’iffah / kehormatan itu wajib hukumnya.

Mubah hukumnya untuk berinteraksi dengan ikhwan dalam masalah ilmu, kareka khawatir seorang akhwat akan menceritakan sesuatu yang masuk dalam wilayah khas, sehingga yang mubah menjerumuskan ke haram.

Bagaimana dengan diskusi di forum internet atau milis? Menurut saya, dalam wilayah ini sifatnya lebih 'aam karena diketahui banyak orang pembahasannya pun seputar perkara yang dibolehkan. Dalam hal ini saya ingin mengutip perkataan Abu Bakar, "Berhati-hatilah dalam bertindak karena dari hati-hati tadi memberikan manfaat bagimu."

2.Hayatul khas

Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar pribadi dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga ‘mahram’ dan sesama kaum perempuan dalam lingkungan kita. Contohnya, menceritakan keadaan dirinya dan keluarganya, target hidup, target dakwah dll. secara detil, kecuali seorang akhwat sudah dikhitbah.

Seorang ikhwan yang faham akan apa arti kehormatan bagi seorang akhwat pasti maklum atas sikap tegasn seorang akhwat dan tidak dimaknai sebagai sikap jaim (jaga image) atau jutek, terlalu saklek atau apalah namanya. Tegas bukan berarti memaksa agar pandangannya di terima atau egois tapi demi menjaga kehormatan.

Intinya, dalam hal ini sangat dibutuhkan ketegasan dari masing-masing pihak, baik maupun akhwat untuk menjaga 'iffahnya masing-masing. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya perkara halal itu jelas, dan perkara haram itu jelas; serta di antara keduanya terdapat perkara mutasyabihat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjauhi syubhat, sungguh ia telah terbebas dari dosa, dalam agama dan kehormatannya. sebaliknya, siapa yang terjerumus pada perkara syubhat berarti ia telah terjerumus dalam perkara haram," (HR. Imam Bukhari, Muslim dan ashabun Sunan

Selengkapnya...

Syar'i tidaknya busana MUSLIMAH..

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 04.34 | | 0 komentar »


Sudah tidak asing lagi di lingkungan kita sosok-sosok wanita Islam (Muslimah) yang mengenakan "jilbab", dimana merupakan wujud dari apresiasi hukum wajib Islam yang harus ditaati. Dan adalah hal yang sangat menggembirakan ketika melihat para wanita Islam mulai berbondong-bondong mengenakan jilbab.

Jilbab yang dipahami masyarakat kita adalah jilbab sebagai kerudung, bukan dari makna aslinya, yakni baju luar yang dipakai untuk menutupi tubuh dari atas (kepala) sampai bawah (kaki), kemudian dikenal dengan nama hijab, karena dipakai dengan maksud untuk menghindari dari pandangan laki-laki yang bukan mahram (tidak mempunyai hubungan darah/kekerabatan).

Semakin banyaknya muslimah yang memakai jilbab dewasa ini, nampaknya tidak disia-siakan oleh dunia mode, sehingga terciptalah banyak model/kreasi jilbab yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Dan Pada dasarnya, model seperti apa pun jilbab yang dikenakan seorang muslimah, harus tetap mengacu pada standarisasi jilbab yang dimaksud dalam ajaran Islam, dimana fungsi sebenarnya adalah pakaian takwa atau hijab.

Adapun syarat hijab seorang muslimah adalah :

  1. Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan, seperti muka dan telapak tangan.
  2. Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri.
  3. Kain yang tebal dan tidak tembus pandang.
  4. Lapang dan tidak sempit. Karena pakaian yang sempit dapat memperlihatkan bentuk tubuh seluruhnya atau sebagian.
  5. Tidak menyerupai laki-laki.
  6. Tidak menyerupai pakaian orang kafir.
  7. Pakaian yang tidak mencolok.

Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa jibab itu syar'i atau tidak dengan mengacu pada tujuh syarat tersebut.

Yang menarik perhatian penulis dan perlu dicermati adalah model jilbab yang sepertinya syar'i (sesuai aturan Islam) tapi ternyata tidak syar'i. Penulis mengambil contoh salah satu model jilbab lebar (biasanya menjuntai sampai pusar atau menutupi dada) yang ada kerutan dan neci pada leher. Kalau ditarik ke belakang, samping, atau depan (sesuai modelnya), leher akan terlihat lebih ramping tapi tidak mencekik. Dan biasanya, model jilbab ini berbahan kain "jatuh" atau lembek. Kalau kita perhatikan lebih teliti, model seperti ini akan menampakkan lekuk pada pundak dan dada.

Salah satu contoh lainnya, yakni pada jilbab yang ada kerutan di kepala, melingkar dari telinga kanan ke telinga kiri. Kalau yang memakai jilbab model seperti ini menyanggul rambutnya, maka rambut akan terlihat bentuknya, karena posisi kerutan tepat di bawah sanggulan rambut. Padahal dalam konteks menutup aurat, di sini tidak hanya menjadikannya tidak kelihatan secara fisik, tapi juga secara bentuk (lekuk).

Jadi, sudah seharusnya para kaum muslimah lebih hati-hati dalam memilih model jilbab, karena yang disyari'atkan bukan hanya lebar menutup dada, tapi juga harus tebal (tidak transparan), tidak menarik perhatian, dan tidak menampakkan lekuk tubuh.

Selengkapnya...

ANTARA SABAR DAN MENGELUH

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 17.36 | | 0 komentar »

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya.
"Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati."
Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini."

Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu ?"
Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?"
Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?"
Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."

Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?"
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."
Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadith Qudsi,: " Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil keksaihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."

Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda,: " Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang."
Dan sabdanya pula, " Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah)
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah.
Selengkapnya...

BERJUTA LARIK PUISI

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 17.27 | , | 0 komentar »


Berjuta larik puisi pulang ke rumah sunyi
Mereka tak sanggup bercerita tentang para pengungsi

Di mana mesti diletakkan tanpa perasaan sangsi

Tubuh Palestina yang ditopang gemetar sepasang kaki

Ketika terpandang oleh mereka awan jingga senja

Seolah isyarat untuk terus terjaga

Ketika terdengar oleh mereka derap langkah tentara

Tiba waktunya untuk tak sekadar berjaga
Jalan yang mereka tempuh tak memiliki udara

Gua panjang penderitaan setia mengelilingi
Udara yang mereka hirup adalah jalan perang

Lukisan kepedihan dipahat pada ruh yang pergi
Luka terlampau nyeri karena nyaris tak terpahami
Darah terlampau merah karena tak ingin menyerah

Hidup begitu gugup berpetak-umpet dengan maut

Mati tak lagi ditakuti seperti janji yang harus ditepati

Akhirnya berjuta larik puisi kembali ke rumah sunyi
Mereka ingin tinggal di sudut rak perpustakaan

Untuk sekali waktu menjadi alamat ziarah

Tempat berhimpun para syuhada yang tak pernah
sungguh-sungguh mati



Puisi Perjuangan Palestina
Karya : Habiburrahman Saerozi
Selengkapnya...

Berjilbab Dulu atau Memperbaiki Hati Dulu

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 17.25 | , | 0 komentar »

Saat kita mengajak seorang perempuan untuk mengenakan Jilbab, sering sekali mereka beralasan ingin memperbaiki akhlak mereka dulu. Bagaimana kita mesti menanggapinya..?

Antara hati dan perbuatan sebenarnya sama-sama penting, sehingga tidak perlu dipilih mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

Lagi pula, sulit untuk menilai urusan hati atau membuat standarisasinya. Kalau alasan belum mau pakai jilbab karena hatinya ingin diberesi dulu, sebenarnya agak mengada-ada. Sebab siapa yang akan menilai bahwa hati seseorang sudah bersih dan baik? Dan bagaimana cara menilainya? Lalu sampai kapankah hatinya sudah bersih dan siap untuk pakai jilbab?

Sebenarnya kewajiban memakai jilbab tidak pernah mensyaratkan seseorang harus bersih dulu hatinya. Kewajiban itu langsung ada begitu seorang wanita muslimah masuk usia akil baligh. Dan satu-satunya tanda bahwa dia sudah wajib memakai jilbab adalah tepat ketika dia mendapat haidh pertama kalinya. Saat itulah dia dianggap oleh Allah SWT sudah waktunya untuk memakai jilbab. Tidak perlu menunggu ini dan itu, karena kewajiban itu sudah langsung dimulai saat itu juga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada anak wanita Abu Bakar ra, Asma’ binti Abu Bakar ra.

Rasulullah SAW bersabda,”Wahai Asma’, seorang wanita bila telah haidh maka tidak boleh nampak darinya kecuali ini dan ini. Rasulullah SAW memberi isyarat kepada wajah dan tapak tangannya.”

Rasulullah SAW tidak mengatakan bahwa bila sudah bersih hatinya, atau bila sudah baik perilaku atau hal-hal lain, namun secara tegas beliau mengatakan bila sudah mendapat haidh. Artinya bila sudah masuk usia akil baligh, maka wajiblah setiap wanita yang mengaku beragama Islam untuk menutup auratnya. Dan uaratnya itu adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua tapak tangan.

Ketentuan ini juga diperkuat dengan firman Allah SWT di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang kewajiban memakai kerudung yang dapat menutupi kepala, rambut, leher dan dada.

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya…” (QS. An-Nur : 31)

Namun bukan berarti kalau sudah pakai kerudung, boleh berhati jahat atau buruk. Tentu saja seorang wanita muslimah harus berhati baik, berakhlaq baik dan berperilaku yang mencerminkan nilai keimanan dirinya. Tapi semua itu bukan syarat untuk wajib pakai jilbab. Sebab keduanya adalah kewajiban yang tidak saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Selengkapnya...

Antara Ukhuwah dan Pacaran

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 17.22 | , | 0 komentar »

Maksud hati ingin ukhuwah dengan lawan jenis, tapi malah terjebak dalam pacaran. Tadinya pengen menjalin ukhuwah islamiyah, tapi apa daya kecemplung jadi demenan. He..he.. jangan heran atuh, sebab hubungan dengan lawan jenis itu rentan banget disusupi oleh perasaan-perasaan lain yang getarannya lebih dahsyat. Apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin tambah menggigil karena vibrasinya kuat banget (apa hubungannya?)

Sobat muda muslim, sesama aktivis masjid atau organisasi kerohanian di sekolah dan kampus, selalu saja muncul hal-hal tak terduga. Cinta lokasi kerap mewarnai per¬jalanan hidup mereka. Iya dong, aktivis juga kan manusia. Wajar banget dong untuk merasakan hal-hal seperti itu. Apalagi mereka sama-sama sering bertemu. Bukankah pepatah Jawa mengatakan, witing tresno jalaran soko kulino sering jadi rujukan untuk menggambarkan perasaan itu? Ati-ati!

Hmm… rasa cinta itu muncul karena seringnya bersama atau bertemu, begitu maksudnya? Yup, kamu cukup cerdas dalam masalah ini. Iya, jadi jangan kaget or heran kalo sesama aktivis pengajian muncul perasaan itu. Apalagi di antara mereka udah saling mengetahui kebiasaan masing-masing. Dijamin perasaan ‘ser-seran’ keduanya dijembatani oleh seringnya komunikasi dan frekuensi pertemuan. Udah deh, panah-panah asmara mulai dilepaskan dari busur masing-masing dalam nuraninya. Duh gusti, itu artinya sang panah asmara siap menembus hati masing-masing. Siap memekarkan bunga-bunga di taman hati mereka. Seterusnya, jatuh hati dan saling memendam rindu. Uhuy!

Jadi, kalo nggak kuat-kuat amat imannya, kamu bakalan melakoni aktivitas pacaran sebagaimana layaknya dilakukan oleh mereka yang masih awam sama ajaran agama. Nggak terasa, di antara kamu mulai berani janjian untuk ketemu di masjid. Walau mungkin masih malu-malu. Tapi jangan salah lho, jika nafsu udah jadi panglima, akal sehat kamu pasti keroconya. Kamu lalu deklarasi, “akal sehat saatnya minggir!”. Waduh, gimana jadinya kalo sesama aktivis malah terjebak dalam perasaan-perasaan seperti ini?

Sobat muda muslim, memang ukhuwah itu tidak dibatasi cuma kepada satu jenis manusia aja, tapi kepada dua jenis sekaligus, yakni laki dan wanita. Bahkan ukhuwah islamiyah berdimensi sangat luas, yakni nggak dibatasi oleh waktu dan tempat. Kapan pun dan di mana mereka berada, asal mereka adalah muslim, itu saudara kita. Hanya saja, untuk ukhuwah dengan lawan jenis, memang ada aturan mainnya sendiri, sobat. Nggak sembarangan, atau nggak sebebas dalam bergaulnya seperti kepada teman satu jenis. Itu sebabnya, kita bahas masalah ini di buletin kesayangan kamu ini. Betul? Loading…
Selengkapnya...

GPCB in Action 2 Mei 2010

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 07.58 | , | 0 komentar »


Alhamdulillah Acara GPCB (Gerakan Pelajar Cerdas Bermoral) Telah Terlaksanakan
Dengan Membawa Basis Masa 400-an Pelajar Yang Berkontribusi Di Hari Minggu Demi Sebuah Aksi Nyata...

Dengan membawa sebuah mobil Sound, pelajar sangat antusias mengikuti jalannya acara.
Karena inilah Agen2 Perubahan
Beberapa Delegasi dari 30-an sekolah memasuki ruang gedung DIKNAS bertemu dengan perwakilan Menteri DIKNAS, yaitu Bpk. Muhajir selaku Humas. Dan Kami menyampaikan aspirasi kami dan visi kami. Alhamdulillah mendapat Sinyal Positif.

Dengan Adanya event tersebut... Lahirlah sebuah "Deklarasi Pelajar"


TEKS DEKLARASI
GERAKAN PELAJAR CERDAS BERMORAL

Dilandasi rasa kepriha tinan yang mendalam terhadap pendidikan & moralitas pelajar bangsa yang semakin jauh dari budaya moralitas pendidikan itu sendiri, dari carut marutnya sistem pendidikan, tindakan kekerasan dan amoral pelajar yang semakin melanda.

Maka kami segenap pelajar yang berkumpul saat ini, bersatu dan berkomitmen untuk berusaha kuat menjadi pelita penerang kegelapan.

Didasari asas keinginan yang kuat untuk merubah keadaan pelajar menuju pelajar yang lebih baik dan menjadi pelajar yang cerdas dan bermoral.

Dalam momentum sebuah kampanye pelajar nasional ini. Maka kami Deklarasikan lahirnya:

Gerakan Pelajar Cerdas Bermoral

Adapun Gerakan Pelajar Cerdas Bermoral ber’itikad untuk :

1. Menolak segala bentuk Pornografi
2. Menolak segala bentuk Narkoba

3. Menolak segala bentuk Free sex (sex bebas)

4. Menolak segala bentuk budaya Kekerasan
5. Meningkatkan peran kecerdasan dan Moralitas pelajar Indonesia

Jakarta, 2 Mei 2010


Dan Alhamdulillah GPCB ini didukung oleh Pihak DIKNAS
Maju Terus Pelajar Indonesia
Wujudkan Pelajar Cerdas Bermoral

Salam Cerdas Bermoral


>mau lihat liputan videonya? klik di bawah ini

http://www.facebook.com/video/video.php?v=1320665411905&saved#!/video/video.php?v=1320665411905&ref=mf


Selengkapnya...

Dokumentasi GPCB 2 Mei 2010

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 07.42 | , | 0 komentar »







Selengkapnya...

Nggak Ngaji NGgak Trendy

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 07.38 | | 0 komentar »

Halah, ini kan semboyannya program [klinik] gaulislam yang kita geber saban Rabu abis shubuh di Radio KISI 93.4 FM Bogor ya? Hehe.. bener Bro, ini sengaja kita jadikan judul buletin gaulislam edisi ini. Biar mantaplah. Soalnya, kita masih sering ketemu sama temen-temen yang lebih asyik ngomongin dandanan, gaul soal film terbaru, konser musik, berbusa-busa bahas kehidupan selebriti, gitu lho. Untuk apa tujuan mereka ngobrolin semua itu? Konon kabarnya biar disebut anak gaul dan ngetren. Sementara kalo urusan ngaji mah dibilangnya kampungan dan jatahnya orang yang udah TOP alias Tua Ompong Peot. Glodak!

Bro en Sis, udah saatnya deh kita percaya diri bilang kalo ngaji adalah bagian dari tren saat ini. Saat ini emang banyak orang udah stres dengan kehidupan dunia. Stres cari duit, stres pengen terkenal, stres pengen naik jabatan, stres dengan tekanan target pekerjaan dan bentuk-bentuk tekanan jiwa lainnya, Itu sebabnya, sebenarnya orang udah mulai senang lho ngaji. Seneng kumpul-kumpul bahas persoalan agama. Mereka banyak yang yakin kok bahwa kembali kepada ajaran agama adalah obat antistres. Insya Allah. Semoga demikian. So, itu artinya pula, sebenarnya kalo orang nggak ngaji saat ini, bisa dibilang nggak trendy dong ya? Hmm.. betul betul betul.

Oya, meski demikian, tetap aja lho ada temen kita yang masih ragu untuk ngaji. Ngerasa belum maksimal dalam niat, dan yang pasti banyak banget godaannya. Sehingga akhirnya sedikit demi sedikit mulai malas ngaji dan akhirnya bukan tak mungkin nggak ngaji sama sekali. Waduh!

Beratnya godaan
Saat masih belum ngerti tentang Islam, apalagi tentang dakwah, saya masih merasa bahwa godaan itu hanya ada pada diri orang yang lemah iman. Eh, ternyata yang sudah mulai baikan pun, godaan tetap saja ada. Di masa Rasulullah saw. ada kisahnya lho. Telah diriwayatkan bahwa ‘Umar bin Khathab ra. mendatangi Rasul dengan membawa naskah (sepucuk tulisan) Taurat lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah ini adalah tulisan Taurat, lalu Rasul diam. Lalu ‘Umar membacanya, maka berubahlah raut muka Rasulullah kemudian Beliau bersabda: “Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, seandainya Musa as. masih hidup lalu kalian mengikutinya dan meninggalkan aku sungguh kalian telah sesat dari jalan yang lurus, seandainya ia (Musa) masih hidup dan mengetahui kenabianku sungguh ia akan mengikuti aku.” (HR ad-Darimiy dalam as sunan no. 436)
Kenapa Rasululllah saw. marah? Ini untuk membuktikan bahwa ketika sudah masuk Islam, kita nggak boleh lagi menjadikan ajaran lain sebagai aturan. Dekat-deket aja dan mempelajari ajaran mereka tanpa ilmu yang cukup bisa nggak boleh lho. Why? Ya, karena khawatir kita tergoda. Kan banyak kasus orang yang tertipu dengan ide selain Islam. Ada yang tergoda karena harta, ia belajar Islam tapi untuk ngancurin Islam. Ada yang dikasih beasiswa untuk kuliah hingga dapat gelar master atau doktor, tapi syaratnya harus ikut rencana para donatur tersebut dalam rangka menghancurkan ajaran Islam. Lha, kalo sampe kita tergoda demi harta dan status sosial dengan cara ninggalin ajaran agama, namanya kacau, Bro. Biarlah kita banyak harta yang penting tetap beriman. Beu… kalo itu sih ideal dong namanya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga mungkin udah ngalamin ya gimana beratnya kalo godaan datang menghampiri. Lagi enak-enak puasa, ada yang nawarin makanan dan minuman. Lagi seneng-senengnya belajar, ada teman yag ngajakkin main PS. Hati dan pikiran kita semangat mengkaji ilmu Islam, eh ada orang nawarin liburan ke Ancol gratis. Termasuk ketika kita udah merasa enjoy ikut ngaji dan mencoba sedikit demi sedikit berani untuk berdakwah, nggak tahunya ada orang iseng nyebar isu kalo pengajian yang kita ikuti adalah bagian dari jaringan teroris. Waduh!

Ya, kita harus siap ketika godaan itu datang. Jadikan sebagai ujian untuk mengukur kualitas iman, takwa, dan komitmen kita. Tidak usah putus asa. Tak usah pula merasa ternistakan gara-gara memilih jalan perjuangan dakwah dan aktivis pengajian. Justru sebaliknya harus bangga. Hidup ini adalah anugerah. Nikmati sajalah.
Nih, D’Masiv mode “on” dalam lagu Jangan Menyerah:

tak ada manusia yang terlahir sempurna/ jangan kau sesali segala yang telah terjadi kita pasti pernah.dapatkan cobaan yang berat seakan hidup ini/tak ada artinya lagi syukuri apa yang ada. hidup adalah anugerah. tetap jalani hidup ini. melakukan yang terbaik
Oke deh, sebagai muslim, godaan itu memang bisa jadi ujian. Kita kaya dan miskin pun adalah ujian keimanan lho. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakanNya dan diberiNya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” (QS al-Fajr [89]: 15-16)
Semoga kita tetap sabar, tahan godaan dan tetap semangat jalani kehidupan dan jalan dakwah ini.

Percaya diri jadi anak ngaji
Jadi aktivis kudu optimis. Tampang pun boleh klimis meski jenggotnya tipis. Pakaian juga necis meski dompet selalu tipis. Ya, asal jangan sering meringis sampai tampangnya kayak teletubbies. Hehehe.. nggak ding. Kamu kudu tampil pede dengan predikat jadi aktivis masjid or kampus. Nggak boleh minder. Meski kadang cibiran, cemoohan termasuk sindiran suka mampir juga ke telinga para aktivis rohis. Dicap sok alim, sok suci, mau menang sendiri, nggak suka gaul, bahkan ‘bau surga’ lekat dengan anak rohis. Kalo yang puteri kebetulan lewat di tengah-tengah gerombolan cowok okem, suka diledekin dengan sapaan, “Assalamu’alaikum bu haji..”

Bro en Sis, menjadi aktivis rohis atau anak ngaji adalah pilihan bukan kebetulan. Jadi kamu kudu tahu betul risikonya. Sama seperti halnya anak funky dan okem, mereka juga udah memilih apa yang diinginkannya. Dan tentunya kudu tahu juga risiko yang bakalan diterima dari pilihannya itu. Jadi, kenapa musti minder, kita di jalan yang bener sobat. Uppss.. tapi inget, teman kita yang masih jahiliyah bukan berarti musuh kita, tetep kita anggap sebagai teman. Cuma, memang masih berada di tempat gelap aja. Jadinya, kita yang kudu nuntun. Okeh?

Nah, karena kita boleh dibilang dianggap beda sama teman-teman pada umumnya, maka gerak-gerik kita selalu aja jadi sorotan. Ada yang bangga, tapi nggak sedikit yang sinis. Itu biasa, romantika hidup sobat. Nggak seru rasanya kalo hidup cuma lurus-lurus aja. Hmm.. coba deh telusuri jalan tol, wuih jenuh banget deh rasanya. Jadi, kalo pun ada cibiran dan cemoohan dari kawan-kawan kita, anggap aja bumbu dalam kehidupan ini.

Anak masjid sering diidentikan dengan penampilan yang rada-rada beda, seperti memelihara jenggot, anak putrinya pakai jilbab, ilmu agamanya lumayan oke, dan perilakunya kalem. Terjun sebagai aktivis masjid sekolahan emang gampang-gampang susah. Gimana nggak, hampir setiap gerak-gerik kita pasti dalam pantauan teman dan guru. Uniknya lagi, pandangan miring dan lurus bisa aja ditujukan sama anak masjid ini. Nah, itulah kenapa gampang-gampang susah.

Ngaji? Enjoy!
Bro en Sis, mengkaji Islam itu menyenangkan lho. Jangan dianggap ngaji itu sebagai beban, sehingga terkesan kepaksa banget. Itu cuma faktor kebiasaan. Sama seperti ketika saya belum ngaji, saya enjoy dengan kebiasaan saya buang waktu dengan nonton film di bioskop, dengerin lagu-lagu dari Bedil Karo Kembang alias Guns N Roses (yang merupakan grup band favorit saya waktu itu). Kebiasaan seperti itulah yang saya lakukan hampir di setiap waktu luang.

Bayangkan, jika kita udah enjoy dengan kebiasaan kita, rasanya flow aja menjalaninya. Ngaji nggak bakalan membosankan sama seperti orang yang sudah menjadikan aktivitas memancing sebagai kebiasaannya (hehehe.. sambil ngelirak-ngelirik temen saya nih). Mereka bisa tahan berjam-jam nungguin ikan yang masuk perangkapnya.
Nah, kalo kamu memandang bahwa ngaji itu adalah sarana mencari ilmu, mungkin bakalan sutris duluan. Kenapa? Karena kalo “judulnya” dianggap sebagai aktivitas mencari ilmu, biasanya akan tergambar dalam pikiran kamu segala hal yang berkaitan dengan sesuatu berat dan perlu banyak mikir. Sekarang saya ubah pandangannya, bahwa ngaji itu mengasyikan sebagai sarana memperkaya wawasan kita tentang kehidupan. Beda nggak seh kalimat ini dengan sebelumnya: “mencari ilmu” dan “memperkaya wawasan kita tentang kehidupan”? Kalimatnya jelas berbeda dan “rasa bahasanya” berbeda pula, meski tujuan akhirnya bisa sama. Betul?

Oke deh, dengan ngaji, kita bakalan diperkaya dengan nilai gizi yang tinggi untuk pelajaran hidup kita. Wawasan kita bakalan bertambah, karena ngaji nggak cuma belajar tsaqafah (pengetahuan yang titik tolak pembahasannya adalah akidah), tapi juga belajar tentang makna hidup, tentang ukhuwah, tentang empati, tentang harga diri, tentang peduli, tentang pengorbanan, tentang kesetiaan, dan lain sebagainya. Semua itu bisa kita dapatkan dalam pengajian.

Ngaji, nggak cuma memperkaya akal kita dengan wawasan tentang berbagai pemikiran, tapi juga menghaluskan perasaan kita tentang berbagai sikap yang membuat ruangan di hati bisa menampung banyak hal yang indah. Ngaji juga selain mengembangkan kebiasaan kita mengkaji ilmu-ilmu berat, tapi juga menumbuhkan persahabatan yang nggak kenal kata putus.

Sobat muda muslim, jadikan ngaji sebagai kebiasaan dalam hidup kita. Nikmati saja dengan penuh kesenangan. Semua itu bisa kita ciptakan bersama teman pengajian lainnya. Ada canda-tawa, ada keseriusan meski tetap santai, tegur sapa, saling mengingatkan, saling menghargai dan menghormati. Wah, indah banget kan? So, mulai sekarang kita bilang: nggak ngaji nggak trendy. Sip deh!
Selengkapnya...

Dakwah Lewat Tulisan, Why Not?

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 07.35 | | 0 komentar »

Sobat, ngomong-ngomong soal dakwah jadi ingat satu kalimat dari seorang ulama, afwan lupa namanya, hehe. Gini katanya, “Seandainya al-Quran itu diturunkan dengan satu surat saja, maka yang turun itu adalah Surat al-Ashr.” Lho, kenapa Surat al-Ashr? Sobat, ternyata dalam surat tersebut sudah mencakup unsur-unsur yang merupakan ruh dari Islam itu sendiri, yaitu perintah untuk tolong -menolong dalam menyeru kepada kebenaran dan kesabaran. Mestinya sih ya, kalo agama itu ga’ ada perintah buat menyeru pada jalan kebenaran, sudah pasti agama itu bukanlah menjadi agama yang rahmatal lil alamin. Begitulah Islam Sobat. Kita juga sebagai pemeluknya walaupun masih muda-muda (ciee.. ngakunya), kudu tahu akan hal ini. Demi terwujudnya Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, kita juga harus menyeru kepada kebenaran. Kalo orang-orang bilang sih, nama kerennya, DAKWAH.

Lha terus, gimana caranya? Allah swt. berfirman: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (TQS. An-Nahl: 125). Sebenernya sih, banyak caranya, Sobat. Yang penting dasarnya Surat an-Nahl di atas. Nah, yang paling gampang itu lewat tulisan. Lho kok bisa? Begini ceritanya (kaya’ lihat film horror aja).

Pertama, dakwah yang kamu sampaikan itu lebih tahan lama alias ga’ gampang hilang-lenyap. Tiap saat, tiap waktu, bisa dibaca dan dibaca lagi. Seumpama ketika suatu saat iman qta lagi turun, trus qta lupa, bisa dibaca lagi tuh tulisannya. Hebat kan?

Kedua, apa yang udah qta tulis itu bisa dikoreksi lagi alias diralat. Kalo ada kata-kata yang salah atau kuarang pas, bisa qta ganti-ganti dikit deh.

Ketiga, dakwah lewat tulisan itu lebih sopan. Kata-kata lewat tulisan yang qta sampaikan itu bisa qta “rekayasa” pake bahasa-bahasa yang halus (tepung kali). Pake’ krama inggil juga ga’ apa-apa. Yang penting kan isi tulisannya bisa dipahami, ya ga’ Pren?

Keempat, ini yang paling mutakhir. Kata orang-orang sih, dakwah lewat tulisan itu lebih keren. Woi-woi, kok bisa sih? Orang bilang sih seorang penulis dengan sorang penceramah itu masih kerenan penulis. Apalagi kalo tulisannya bagus-bagus, wah-wah bisa disanjung-sanjung tuh ma orang-orang. Contohnya, liat aja tuh Kang Abik, penulis novel best-seller Ayat-Ayat Cinta, yang katanya sih sudah ada filmnya. Wuih, keren ga’ tuh. Sampe segitunya ya, orang yang berdakwah lewat tulisan, hehe.

Kelima, Sobat, al-Quran aja ditulis. Ini nunjukin kalo tulisan itu penting. Bayangkan, padahal waktu itu kan sahabat udah hapal semua isi al-Quran, tapi masih aja susah-susah mereka tulis. Tuh buktinya, seperti kata Cagur, “Nulis itu penting!”

Keenam, bisa dapat penghasilan. Apa iya? Bisa aja. Itu kalo tulisan qta saking bagusnya sampe-sampe jadi best-seller (amiiin).

Ketujuh, dengan smua manfaat yang udah disebutin di atas, tentunya dakwah lewat nulis lebih efisien kan? Bisa qta lakukan kapan saja, dimana saja. Sambil nyicil nulis dikit-dikit itupun juga bisa. Hehe, hebat kan?

Namun....., yang namanya dakwah itu Sobat, dari jamannya para nabi, jamannya para khalifah, jamannya walisongo, sampe sekarang ini tetep aja ada halang-rintang. Entah itu karena males, tulisan qta ditolak dan dibuang, dibilang orang aneh, sampe dimusuhi pun bisa saja qta alami. Tak hanya itu lho Sobat, jamannya para sahabat dulu, bahkan sampe ada yang disalib setelah disiksa dengan kekejaman yang amat sangat, (T.T). tapi, itu smua ga’ pernah mematahkan semangat juang kaum muslimin tuk terus berdakwah. Tawaran Allah swt. dalam surat cinta-Nya: Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (TQS. As-Shaff: 10-11). Itu sobat salah satu manfaat kita untuk dakwah. Nah loe, sapa coba yang gak mau diselamatkan dari siksa yang pedih? Ditambah surga lagi balasannya.

Kalo ingat balasannya pasti aja langsung semangat, tapi kalo udah berhadapan dengan yang namanya rintangan, yah kambuh lagi tuh penyakitnya (males dan teman-temannya). Waduh-waduh, gimana nih cara ngatasinya, ya? Kata Rasulullah, dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, disebutkan: “Tiap orang yang melakukan aktivitas pasti ada hambatan. Jika menemui hambatan itu ia berpegang teguh pada Sunnahku, maka ia akan tetap mendapat petunjuk. Jika tidak, ia akan celaka.” Nah, karena itulah sebenernya cara ngatasinya gampang koq, yakni dengan nerapin apa yang ada di Quran dan Sunnah itu pada diri kita dulu. Lebih spesifik salah satunya tuh, udah ada di awal banget tadi. Yup, dalam Surat al-Ashr disebut sabar. Bersabarlah kawan jalan ke surga itu mendaki, sedang jalan ke neraka itu terjun. Jelas lebih susah mendaki, kalo ga’ percaya tanya aja tuh sama anak Pecinta Alam. Kuatkanlah dirimu dengan al-Quran Sobat. Minta tolonglah kamu dengan sabar dan sholat. Tenang aja, sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar.

Ok, selamat berjuang kawan smoga dikau tetep berada di jalan-Nya yang lurus. Banyak-banyaklah minta ampun pada-Nya supaya dikau beruntung. Menulislah untuk perubahan menuju dunia yang lebih baik. Ingat, tiada kemuliaan di dunia maupun di akhirat, tanpa Islam. Wallahu a’lam bisshowab. (Rr)
Selengkapnya...

SHOPAHOLIC, Capek Deh...

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 07.34 | | 0 komentar »

Buat kamu yang hobi shopping, pasti ga asing lagi dengan istilah shopaholic. Yup, itu adalah sebutan buat mereka yang doyan, atau lebih ekstrim lagi, gila…, sama yang namanya belanja. Biasanya, mereka akan rela merogoh kocek sedalem-dalemnya buat ngedapetin apa yang mereka pengen. Ga cukup dompet aja, duit yang adem ayem am a Bang Toyib (ups…maksudnya uang tabungan) juga ludes, akibat kartu kreditnya keseringan digesek sampe overlimit. Meski sebenernya, barang yang dibeli bukan kebutuhan alias cuma keinginan doang. Alih-alih barang itu dipake, ternyata pas sampe di rumah, sama sekali ga kesentuh. Kamu pernah nggak ngalamin yang kayak gitu? Atau jangan-jangan kamu udah termasuk salah satu penderita shopaholic yang kronis stadium empat (wah gawat tuh…).

Diskon, sale atau obral menjadi satu hal yang paling diburu oleh penderita shopaholic. Bagi mereka yang emang tajir, rutinitas pergi ke mall buat belanja bisa menjadi suatu hal yang wajib. Ga cukup di negeri si komo ini aja, luar negeripun dijabanin demi memuaskan teriakan nafsu syaiton nir rojim (duh … segitunya). Ngomongin belanja, kabarnya penyanyi latin yang akrab dipanggil J-Lo rela “membuang” uang sebanyak 500 juta rupiah hanya untuk sebuah barang sebesar genggaman tangan. Apaan yah? Apa lagi kalo bukan handphone. Konon, tu hp dipesan khusus berlapiskan emas (weleh-weleh). Ga mau kalah ama J-Lo, diva pop KD (bukan Kang Dadang loh) ternyata enjoy aja buat ngeluarin uang banyak sekedar buat beli baju tidur, yang katanya lebih mahal dari baju shownya. Dan masih soal belanja, presenter Donna Agnesia pernah beli 24 tas sekaligus dari Singapura. Soal harga, jangan ditanya deh! Pastinya ga cukup, meski uang jajan kita sebulan diumpulin satu kelas. Selidik punya selidik, tas-tas tadi bukan mau dijual lho..., tapi mau dipake sendiri semuuuuanya (ck..ck..ck..).

Sayang sejuta sayang (sory, bosen pake seribu), penyakit shopaholic ini udah nular sama kamu-kamu, wa bil khusus kaum hawa. Ga percaya? Liat aja mall-mall yang makin banyak berdiri megah di sekitar kita. Bisa dipastikan mayoritas pengunjungnya adalah remaja-remaji seusia kamu dan sama sekali bukan orang-orang seumuran kakek nenek kita. Tujuannya macem-macem, mulai dari mejeng, window shopping alias liat-liat doang, sampe yang bener-bener shopping pake acara mborong. Ga kecuali di masa sulit kayak sekarang, saat semuanya serba mahal, dan udah waktunya kita saling bantu ama yang lain, eh....malah saban hari keliling di mall plus ngeburu barang-barang murah (capek deh....).

Girls, memang sih..keinginan memiliki barang itu fitrah yang merupakan cerminan dari naluri mempertahankan diri manusia alias gharizah baqo’. Seperti naluri yang lain, gharizah ini bakal bangkit dan bisa meledak-ledak kalo sering dapat pengaruh dari luar. Iklan, brosur, selebaran, termasuk temen gaul kita, adalah umpan yang ampuh banget buat mancing sekaligus manasin kita jadi shopaholic. Eits, jangan salah, bukan berarti kita dilarang belanja loh. Belanja itu perlu, bahkan penting. Coz, ga mungkin kan kalo kita yang pelajar dan lagi butuh alat-alat tulis plus buku, barang-barang itu sendiri yang nyamperin kita...syerem atuh kayak film Kuntilanak...hehe....

Boleh aja sih kita belanja, asal sesuai ama yang kita butuhkan (ingat, kebutuhan, bukan keinginan...), tentunya yang nggak berlebihan. Allah SWT berfirman, ”Dan orang-orang mukmin, apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir. Dan pembelanjaan itu ada di tengah-tengah yang demikian.” (TQS. Al Furqon: 67).

Lantas, kalo belanja buat momen-momen khusus gimana, semisal lebaran atau kondangan? Kalo sekedar beli baju, kerudung, kue-kue dkk, hukumnya mubah alias boleh-boleh aja tuh. Cuman, Islam mengajarkan pola hidup sederhana, bukan berboros ria. Seumpama, kamu udah punya baju satu lemari plus kerudung dua lusin, kayaknya udah cukup deh. Daripada dibelanjain percuma, mending kita ikut prihatin dengan ngebantu saudara-saudara kita yang lagi kesusahan. Gals, pribadi orang tuh dilihat dari pola pikir dan pola sikapnya, bukan dari baju bagusnya aja kan. Jangan sampe deh, kita menjalin persaudaraan ama setan, seperti yang disebutkan dalam firman Allah QS. Al-Isra’:27, ”Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros (tabdzir). Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan.” (Nah lho!! Cantik-cantik gini masa sodaraan ama setan??)

Anyway, masih banyak pos pengeluaran yang jauh lebih bermakna dan berpahala, seperti zakat, infaq, dan shodaqoh. Jika diberikan dengan ikhlash dan benar, dijamin kita ga bakalan rugi. Belanja emang asyik, tapi jangan lupa sekeliling kita. Nah, biar kamu-kamu ga capek ngebuang doku, energi dan waktu saat belanja, ikutin deh tips-tips berikut. Pertama, catat daftar kebutuhanmu. Sesuaikan daftar itu dengan prioritas dan modal kamu. Begitu semua barang udah masuk keranjang, buruan pulang. Biar kamu ga tergoda ama barang belanjaan yang ga perlu. Kedua, bawa uang secukupnya. Selain aman dari pencopet, kamu juga terhindar dari kebocoran akibat belanja yang ga terkontrol. Menghindari godaan gila shopping juga ga kalah penting. Keseringan liat iklan, baca brosur, atau window shopping, bakal bikin kita ngiler buat belanja, so, jangan dicoba! Terakhir, tanamkan empati plus pola hidup sederhana. Ingat, kebahagiaan bukan sekedar materi belaka. Manfaatkan uangmu sebaik-baiknya di jalan Allah, tul kan..Dengan begitu, moga kita terhindar dari virus shopaholic.
Selengkapnya...

Palestina

Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 07.26 | | 0 komentar »

Sebuah negeri di kawasan Timur Tengah yang mengandung arti negeri orang-orang Filistin. Dalam Alkitab (Injil), Palestina disebut juga tanah Israel, tanah Tuhan, tanah suci dan tanah bangsa Ibrani. Negeri ini mempunyai sejarah yang panjang bagi agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam.

Batas-batas sekarang: di barat Laut Tengah, di timur Selat Yordan dan Laut Mati, di utara Gunung Herman pada perbatasan Suriah-Libanon dan di selatan Semenanjung Sinai. Letaknya di antara Mesir dan Asia Barat Daya menjadikannya pusat sengketa berbagai bangsa.

Di dalamnya terdapat kota Yerusalem dengan segala sebutan, yakni Ursalem, Yepus, Kota Daud, Yudes, Ary'il, Aelia Capitolina (pada masa ini timbul sebutan Palestina untuk kawasan kota ini dan berbagai kota di sekitarnya), Baitul Maqdis (Bait al-Maqdis) atau al- Quds asy-Syariif (suci dan mulia) dan sekarang pemerintah Israel menyebutnya Ursalem al-Quds (Yerusalem yang suci).

Kesucian kota ini bagi ketiga agama di atas turut menambah ketegangan antar (berbagai) bangsa. Palestina disebut juga negeri Kan'an. Sejak lebih dari 4000 tahun, orang-orang Kan'an telah hidup di Palestina. Mereka telah membangun kota-kota dan istana-istana. Tempat-tempat peribadatan yang dihiasi dengan berhala-berhala didirikan untuk menyembah alam, terutama Tuhan badai yang menciptakan manusia.

Rumah-rumah mereka juga dibangun dengan bentuk yang indah dan unik. Negeri ini kemudian menjadi tempat turunnya sebagian nabi Allah SWT yang menyerukan umat manusia untuk mengesakan-Nya. Diantara mereka adalah Ibrahim AS (nabi). Ia pernah berada di Mekkah dan meninggalkan puteranya, Ismail, yang menjadi bapak bagi sejumlah besar suku bangsa Arab. Sementara itu ia juga mempunyai putera, Ishaq, yang tinggal di tanah Palestina. Ishaq mempunyai putera bernama Yakub yang juga disebut dengan nama Israil.

Yakub diberkati banyak anak, antara lain Lawe (berketurunan Musa, Harun, Ilyas dan Ilyasa), Yahuza (berketurunan Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa), Yusuf dan Benyamin (berketurunan Yunus). Ketika negeri Kan'an dilanda kelaparan, Israil membawa anak-anaknya ke Mesir. Ketika itu Yusuf telah menjadi penguasa Mesir. Dengan demikian terbentuklah Bani Israil di Mesir. Di masa Firaun mereka ditindas. Maka atas perintah Allah SWT, Musa membawa mereka untuk memasuki tanah suci (al-ard al-muqaddasah) Palestina.

Di negeri inilah Musa menerima ajaran-ajaran Allah SWT untuk dijadikan pedoman bagi umatnya. Kitab Taurat, nama kitab yang memuat ajaran-ajaran tersebut, kemudian menjadi pegangan bagi Bani Israil (disebut juga bangsa Yahudi dan bahasanya Ibrani). Sekitar abad ke-13 atau ke-14 SM. suku-suku Ibrani di bawah pimpinan Yusak berhasil menguasai beberapa bagian kawasan Palestina. Ketika itu suku-suku Kan'an-Semitik yang berasal dari Semenanjung Arabia telah menghuni kawasan tersebut. Bangsa Yahudi mencapai kejayaannya di masa Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS.

Akan tetapi keberadaan Yahudi segera terpecah ke dalam dua pemerintahan: Israil dan Yahuza. Mulai abad ke-7 SM, pemerintahan mereka berturut-turut mendapat serangan dari Persia (Iran), Macedonia, Assyria (kota kuno di sekitar Mesopotamia, sekarang Irak) dan Babylonia (bagian selatan Mesopotamia). Pada tahun 64 SM. pemerintahan Romawi menguasai Yerusalem (al-Quds), kemudian melebarkan sayapnya ke seluruh kawasan Palestina yang ketika itu dihuni oleh bangsa-bangsa Yahudi, Adomia, Etoria, Ammania, dan Arab.

Dalam pada itu Taurat pun mengalami penyelewengan dari aslinya dengan munculnya Talmud, kitab pedoman umat Yahudi yang baru. Kedatangan Isa AS dengan membawa ajaran-ajaran Allah SWT yang terhimpun dalam kitab Injil segera mendapat tantangan dari umat Yahudi. Meskipun demikian, agama Isa yang kemudian dikenal dengan Nasrani atau Kristen.

sumber: pesantrenonline.com
Selengkapnya...