Tidak terasa, umat Islam akan kembali berjumpa dengan bulan Ramadhan atau yang lebih sering kita sebut sebagai bulan puasa. Karena pada bulan inilah, semua umat Islam sedunia diwajibkan berpuasa satu bulan penuh atau sekitar 30 hari lamanya, sebagai wujud ketaqwaan dan kepatuhan pada perintahNya seperti tersebut dalam Al-Qur'an;
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa" (QS 2:183)
Kata taqwa yang berasal dari bahasa Arab bisa diterjemahkan dengan berbagai cara, termasuk kepatuhan dan takut pada Allah SWT semata dan pengendalian diri. Itulah sebabnya, dalam satu tahun ada satu bulan di mana umat Islam diwajibkan berpuasa dari mulai sebelum terbitnya matahari sampai saat tenggelamnya matahari. Pada siang hari bulan Ramadhan, umat Islam yang berpuasa bukan hanya dilarang makan, minum dan melakukan hubungan suami isteri tapi juga menghindari pembicaraan-pembicaraan yang bisa mengurangi nilai puasa.
Tapi mengapa kita perlu berpuasa? Dalam artikelnya berjudul 'The Spritual and Health Benefits of Ramadhan Fasting', dokter Shahid Athar, MD, Profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Indiana dan penulis artikel-artikel tentang Islam menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari manusia mengalami banyak godaan dan gaya hidup duniawi yang cenderung memanjakan. Manusia kadang terlalu menuruti hawa nafsunya untuk terus makan, ngemil atau mengunyah makanan sepanjang hari, yang bisa menyebabkan orang mengalami kegemukan.
Tapi ketika menjalani puasa, semua kegiatan itu terhenti pada siang hari. Makan, minum, ngemil dan merokok. Ketika seseorang digoda untuk melakukannya, maka ia akan berkata, "Maaf saya sedang berpuasa." Untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, sepanjang bulan Ramadhan umat Islam disarankan untuk lebih banyak membaca Al-Qur'an dan sholat sunnah.Bulan Ramadhan dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Fisik
Umat Islam tidak berpuasa karena alasan manfaat puasa bagi kesehatan. Padahal sejak lama, puasa dijadikan semacam terapi bagi mereka yang bermasalah dalam hal kelebihan berat badan. Dengan berpuasa, kerja alat-alat pencernaan diistirahatkan. Berpuasa mempunyai efek yang banyak berlawanan dibandingkan jika seseorang melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badannya.
Menurut dokter Shahid Athar, puasanya umat Islam di bulan Ramadhan sangat berbeda dengan perencanaan diet. Puasa Ramadhan tidak mengurangi asupan gizi dan kalori, cuma kadarnya sedikit lebih rendah dari kebutuhan nutrisi yang normal. Selain itu, orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, masih bisa menyantap setiap jenis makanan, sementara mereka yang berpuasa untuk diet, hanya boleh makan makanan tertentu. Faktor lainnya yang membuat puasa Ramadhan menyehatkan adalah, mereka yang berpuasa melakukannya dengan sukarela dan hati yang ikhlas, bukan karena resep atau anjuran dari dokter.Ramadhan adalah bulan pengendalian dan pelatihan terhadap diri sendiri, dengan harapan pengendalian dan pelatihan ini akan terus berlanjut meski bulan Ramadhan sudah berakhir. Jika kebiasaan berpuasa dilanjutkan meski bukan pada bulan Ramadhan, apakah untuk keperluan diet atau ibadah, efeknya akan terasa dalam jangka panjang.Lebih lanjut dalam artikelnya dokter Shahid Athar menjelaskan, pada dasarnya orang yang berpuasa itu hanya melewatkan saat makan siang dan mempercepat waktu makan pagi. Orang yang berpuasa juga hanya tidak minum selama 8 sampai 10 jam dan itu tidak membahayakan kesehatan dan tidak menyebabkan dehidrasi yang buruk bagi tubuh manusia. Sebaliknya, dehidrasi ringan dan penyimpanan air dalam tubuh bisa meningkatkan kesempatan hidup.
Dampak positif lainnya bagi tubuh, puasa bisa menurunkan kadar gula darah, kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kegemukan dan darah tinggi.
Dalam kongres internasional pertama tentang "Ramadhan dan Kesehatan" pada tahun 1994 di Casablanca, Maroko, dibahas 50 hasil studi dan penelitian berkaitan dengan pengaruh puasa pada kesehatan. Dalam kondisi tertentu, seorang pasien bahkan dibolehkan berpuasa, kecuali mereka yang menderita sakit diabetes yang sudah parah, jantung koroner dan batu ginjal.
Ramadhan dan Kesehatan Psikis
Dari sisi psikis, menurut dokter Shahid Athar, orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan cenderung merasa tenang dan damai. Setiap orang berusaha untuk menahan amarahnya dan tingkat kejahatan pada bulan Ramadhan biasanya menurun. Umat Islam senantiasa mengingat nasehat Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, "Jika sesesorang menghujatmu atau menyulut emosimu, katakanlah bahwa saya sedang berpuasa."
Meningkatnya kualitas psikis inilah yang berkaitan dengan stabilitas gula darah yang lebih baik selama bulan Ramadhan, yang berpengaruh pada perubahan tingkah laku. Begitu juga dengan kebiasaan sholat malam. Sholat bukan hanya bermanfaat bagi penyerapan makanan, tapi juga untuk melepaskan energi. Setiap sholat dengan gerakan-gerakannya yang ringan seseorang melepaskan 10 ekstra kalori. Dengan kombinasi itu, sholat menjadi semacam 'olahraga' yang cukup baik selama Ramadhan. Sama halnya dengan kebiasaan membaca Al-Qur'an, bukan hanya membuat hati dan pikiran tenang, tapi juga bisa menjaga hapalan Al-Qur'an.
Satu lagi keistimewaan bulan Ramadhan, pada 10 hari terakhir bulan suci itu ada satu malam yang disebut sebagai malam 'Lailatul Qadar'. Pada malam ini diyakini para malaikat turun ke bumi dan setiap doa yang dipanjatkan akan dikabulkan.
Puasa adalah bentuk peribadahan khusus, hubungannya hanya antara Allah SWT dan orang yang bersangkutan. Karena tidak satupun yang selain, Allah dan orang itu sendiri yang tahu apakah ia benar-benar berpuasa. Selamat berpuasa
Marhaban Ya Ramadhan......!!!!
Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 00.32 | artikel | 0 komentar »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar
Posting Komentar