Seorang wanita berkulit hitam mendatangi Rasulullah SAW. kalimat ini diungkapkannya kepada lelaki agung itu.
" Ya Rasul, aku menderita penyakit ayan dan aku khawatir jika auratku tersingkap saat penyakitku sedang kumat. Maka berdo'alah engkau untukku kepada ALLAH SWT, agar Dia berkenan menyembuhkan penyakitku,"
Kemudian Rasulullah SAW. Bersabda : " Jika engkau mau bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau mau sembuh, aku akan berdo'a agar ALLAH SWT menyembuhkan penyakitmu."
Wanita tersebut kemudian menjawab : " Aku lebih memilih untuk bersabar saja. Akan tetapi, aku sangat khawatir jika auratku tersingkap saat penyakitku sedang kumat. Karenanya, tolong do'akan aku agar auratku tidak tersingkap saat penyakitku kumat."
SUBHANALLAH, segala puji bagi ALLAH. Wania itu begitu agung dalam mengambil sikap. Dia ridha dengan cobaan yang selalu menimpanya dalam kehidupan dunia yang fana ini. Dia lebih memilih surga ketimbang menikmati kehidupan dunia secara sempurna adanya.
Kemuliaan akhlak dan ketakwaannya terungkap ketika dia lebih mengkhawatirkan tersingkapnya aurat tubuhnya apabila sakitnya tengah menyerangnya. Dia menolak bila orang lain melihat auratnya sekalipun, sungguh itu diluar kontrol kesadarannya.
Pada episode lain :
Kita saksikan, Si gadis remaja mengenakan celana panjang yang pingganya sudah bergeser turun beberapa senti. Atasannya berupa baju yang tak tuntas menutupi pinggang. Jadilah ada aurat yang terlewati untuk dilindungi.
Jika saja si gadis mau mendengarkan bisikan nuraninya, maka sangat mungkin dia tidak akan pernah memakai pakaian itu lagi. Sebab, si gadis beusaha menarik baju atasannya kebawah ketika hendak turun dari angkot. Si gadis berusaha menutupi rok mininya dengan tas atau buku ketika duduk. Si gadis masih berusaha untuk menutupi bagian pinggangnya ketika aktifitasnya membuat bajunya tak menutupi semua tubuhnya dengan sempurna.
Ya itulah rasa malu. Yang sesungguhnya masih melekat di hati nuraninya. Walau mungkin rasa itu bersembunyi sangat jauh di dasar hati, namun siapapun tidak akan pernah bisa menepis habis.
Sesungguhnya, ketika dalam kesadaran ini kita masih bisa berpikir untuk melindungi aurat kita, maka memang itulah seharusnya. Halnya kita sendiri yang bisa menentukan akan berada dikadar yang mana kita meletakkan bentuk penghormatan diri. Diri yang tertutupi dengan pakaian takwa yang baik akan dirasakan dan dilihat oleh orang-orang yang menjaga kecintaanya kepada ALLAH SWT.
Lihatlah, betapa cantiknya remaja yang berjilbab rapih itu. Laksana permata yang hanya terdapat di toko mahal dan bergengsi. Auratnya tidak diperlihatkan ke semua orang. Remaja berjilbab itu, punya kekuatan penuh untuk menentukan kepada siapa saja auratnya akan diperlihatkan sesuai dengan aturan ALLAH. Dia, menjadi muslimah cerdas, cantik dan salihah....
Antara Malu, Jilbab, dan Pengorbanan Diri
Diposting oleh KAPMI Daerah Jakarta Selatan | 02.57 | Antara Malu, dan Pengorbanan Diri, Jilbab, keputrian | 0 komentar »
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar
Posting Komentar