Dulu, di zaman umat Islam Berjaya, konon ada seorang guru bertanya pada muridnya seperti dalam dialod berikut :

Guru : “Sejak kapan anda belajar dan berinteraksi dengan saya?” Murid : ”Sejak 33 tahun lalu, wahai Guru…

Guru : “Apa saja gerangan yang engkau pelajari dari saya selama belasan tahun ini?” Murid : “Ada delapan masalah, Guru…”

Mendengar jawaban tersebut, sang guru agak marah sambil berkata : “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un… Habis sudah umurku bersamamu, hanya delapan perkara yang kamu dapatkan?” Lalu sang muridpun menjawab dengan suara rendah : “Benar Guru… saya tidak mempelajari darimu kecuali hanya delapan perkara saja…”

Guru : “Baiklah… coba jelaskan kepada saya apa saja yang kamu pelajari itu… Lalu murid tersebut menjelaskannya dengan sangat hati-hati sambil berkata :

1. "Aku memperhatikan manusia,lalu aku dapatkan setiap mereka mencintai manusia sebagai kekasihnya.Namun saat kekasihnya dihantar ke kubur,ia meninggalkannya...Sebab itu,aku jadikan "amal sholeh" sebagai kekasihku... Saat aku nanti masuk kubur,pasti kekasihku masuk pula bersamaku..."

2. “Aku renungkan firman Allah : “Adapun orang yang takut akan maqoh Tuhan Penciptanya, dan mengendalikan diri dari hawa nafsu, maka Syurgalah tempat tinggalnya” (Q.S. 79:40). Maka aku bermujahadah (berjuang keras) untuk menundukan hawa nafsuku, sehingga hatiku tenang khusyuk dalam ketaatan pada Allah… “

3. “Aku perhatikan manusia, setiap mereka memiliki harta benda-benda berharga lainnya mereka jaga dengan baik agar tidak hilang… Kemudian aku renungkan firman Allah : “Apa saja yang kamu miliki pasti akan lenyap dan apa saja yang di sisi Allah pasti kekal” (Q.S. 16:96). Karena itu, setiap aku mendapatkan kebaikan harta, sebesar apapun nilainya, segera aku titipkan pada Allah agar Dia simpan di sisi-Nya.”

4. “Aku memperhatikan manusia, maka aku lihat setiap mereka berbangga-bangga dengan harta, kedudukan dan keturunan. Kemudian aku renungkan firman Allah : ”Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling taqwa.” (Q.S. 49:13). Maka aku berupaya melakukan berbagai amal yang menyampaikan ake ke taqwa agar aku mulia di sisi Allah…”

5. “Alu perhatikan manusia, mereka saling melukai dan saling melaknat satu dengan yang lainnya. Aku tahu asal perkara ini adalah hasad (iri hati atas kebaikan yang dicapai orang lain dengan cara yang baik dan halal). Kemudian aku renungkan firman Allah : “Kami yang membagi-bagikan ma’isyah (rezki) dalam hidup di dunia ini.” (Q.S. 43 : 32)

6. “Aku perhatikan manusia saling membenci, menzalimi dan bahkan sebagian mereka memerangi sebagian yang lain. Lalu aku renungkan firman Allah : “Sesungguhnya setan itu bagimu adalah musuh, maka jadikanlah ia sebagai musuh.” (Q.S. 35 :6). Dengan demikian, aku hanya memfokuskan diri memusuhi setan dan meninggalkan memusuhi manusia…”

7. “Aku lihat manusia begitu bernafsu mengejar kehidupan dunia dengan mencurahkan semua tenaga, fikiran dan waktunya hanya untuk memperoleh dunia, bahkan tak peduli lagi halal dan haram… Aku renungkan firman Allah : “Tidak ada makhluk melata di atas muka bumi ini kecuali Allahlah yang memberi rezekinya.” (Q.S. 11:6). Melalui ayat itu, aku tahu bahwa aku adalah salah satu makhluk melata itu. Karena itu, aku fokuskan menunaikan kewajibanku terhadap-Nya, biarlah Dia mencurahkan karunia-Nya atasku…”

8. Sesungguhnya aku melihat manusia saling bertawakkal (menyerahkan diri dan nasib) kepada sesame mereka. Yang ini bertawakkal pada hartanya, yang lain lagi bertawakkal pada pangkat, kedudukan atau bahkan pada status sosialnya. Lalu aku renungkan firman Allah : “Siapa yang bertawakkal pada Allah, niscaya Allah akan cukupkan keperluannya.” (Q.S. 65 : 3). Maka akupun tinggalkan tawakkal pada manusia dan bersungguh-sungguh bertawakkal hanya pada Allah…”

Mendengar penjelasan sang murid itu, Guru menangis tersedu-sedu karena betapa bahagia hatinya mendengar penjelasan tersebut.
Kendati penjelasan tersebut singkat dan hanya delapan perkara, akan tetapi terdapat di dalamnya prinsip-prinsip dasar akidah yang akan menjadi pijakan muridnya dalam mengharungi lautan kehidupan yang amat luas penuh ombak dan badai.

Lalu sang Guru berkata : “Semoga Allah memberkaihi hidupmu muridku…”
Nah… Bagaimana dengan kita…?

0 komentar

Posting Komentar